Senin, 10 Juni 2013

Kepada Kawan

Standard

Sebelum Ajal mendekat dan mengkhianat,
mencengkam dari belakang ‘tika kita tidak melihat,
selama masih menggelombang dalam dada
darah
serta rasa,
belum bertugas kecewa dan gentar belum ada,
tidak lupa tiba-tiba bisa malam membenam,
layar merah berkibar hilang dalam kelam,
kawan, mari kita putuskan kini di sini:
Ajal yang menarik kita, juga mencekik diri sendiri!

Jadi
Isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan,
Tembus jelajah dunia ini dan balikkan
Peluk kucup perempuan,
tinggalkan kalau merayu,
Pilih kuda yang paling liar, pacu laju,
Jangan tambatkan pada siang dan malam
Dan
Hancurkan lagi apa yang kau perbuat,
Hilang sonder pusaka, sonder kerabat.
Tidak minta ampun atas segala dosa,
Tidak memberi pamit pada siapa saja!

Jadi
Mari kita putuskan sekali lagi:
Ajal yang menarik kita, ‘kan merasa angkasa sepi,
Sekali lagi kawan, sebaris lagi:
Tikamkan pedangmu hingga ke hulu
Pada siapa yang mengairi kemurnian madu!!!

Puisi oleh Chairil Anwar

30 November 1946

Sabtu, 01 Juni 2013

Awal Juni 2035

Standard

Beberapa anak seumur kelinci
Berkumpul di halaman rumah
Bergurau dengan katak di selokan
Mengejar ayam tetangganya yg memakan sisa nasi semalam
Atau saling berebut kucing yg dihias borok di kakinya.

Ialah Amat
Salah satu mereka itu
Menangis menjadi-jadi
Ia jatuh terantuk dahan yg meronta
Amat masuk ke dalam rumah

Amat juga meronta
Mendekati ibunya
Ibunya tak mau tahu
Ibunya sedang mengupas bawang bersama kakak iparnya melalui twitter.

Amat juga meronta
Mendekati ayahnya
Ayahnya tak mau tahu
Ia sedang memamerkan hasil modifikasi mobilnya kepada sepupunya melalui facebook.

Amat juga meronta
Mendekati pamannya
Pamannya tak mau tahu
Ia sedang menawarkan proyek pengadaan buku yasin dari kantornya kepada kemenakan ayahnya melalui

Amat juga meronta
Ia mendekati tantenya
Tantenya tak mau tahu
Ia sedang menghitung jumlah uang yg ia dapat dari hasil penjualan sepatu kepada adiknya melalui kaskus.

Amat juga meronta
Ia mendekati pakdhenya
Pakdhenya tak mau tahu
Ia sedang bertanding siulan burung jalak dengan keponakannya melalui soundcloud.

Amat juga meronta
Ia mendekati budhenya
Budhenya tak mau tahu
Ia sedang mengajar putri adiknya bermain biola melalui skype.

Amat terus meronta
Ia mendekati kakeknya.
Kakeknya bilang,
"Ssstt.. Ini lagi kumpulan keluarga!"

Berbagi Sajadah

Standard

Pagi yang baru melenggang
Menawarkan garis-garis tebal di bawah mataku.
Aku yang malam tadi akrab dengan usang
Menemukan sajadahku kusam tertutup debu.
Setelah beberapa detik ku bersihkan daki
Aku bertemu biri-biri peneliti padi
Ia tak hanya berbulu tebal
Tapi juga bertanduk tajam.

Sesore itu, aku bersama biri-biri duduk berdua di bawah pohon bawang
Menyaksikan anak-anak pulang dari lapangan
Lalu panggilan-pangilan bersahutan
Kami menghadap dalam sembahyang.

Jumat, 24 Mei 2013

Santri Kecil di Pesantren Besar

Standard





Ahmad Ubaydillah, anak pertama dari enam bersaudara. Lahir dari pasangan yang pertama kali bertemu di Pesantren Al-Muayyad Solo, membuatnya seolah-olah adalah warga Solo. Ubay tidak lahir di Solo, KTP-nya pun juga bukan KTP Solo. Ia lahir di lereng Merapi, dan dibesarkan di perbatasan kabupaten Klaten dan kabupaten Boyolali. 


Sejak kecil, Ubay seringkali diajak ayahnya bermain-main di bus tingkat yang mengantarkan mereka ke Al-Muayyad, Pesantren salaf yang ada di tengah kota itu. Guru-guru Al-Muayyad banyak yang suka jika Ubay ikut serta ayahnya saat mengajar. Mereka bisa mencubit pipinya yang cemokot itu dengan girang. Udara yang keluar dari pohon sukun di tengah-tengah Al-Muayyad itu telah banyak memberikan nafas-nafas penuh pengajaran. 

Setamat Sekolah Dasar selesai Ubay sunatan, ia begitu senang ketika ayahnya mengantarkannya ke Al-Muayyad lagi. Kali ini bukan untuk mengajaknya bermain air di kobokan tempat santri berwudlu, bukan juga untuk membelikan Ubay semangkuk Garang Asem di warung Mbok Maksum yang nangkring di tengah halaman Al-Muayyad, juga bukan untuk membiarkan Ubay bergurau dengan santri-santri yang menjaganya saat ia naik turun tangga berpuluh kali, tetapi untuk mendaftarkannya di Sekolah Menengah Pertama Al-Muayyad.

Di SMP Al-Muayyad, Ubay yang telah banyak mengenal seluk beluk pondok saat kecil, cepat menyesuaikan dengan lingkungan tersebut. Ia tidak pernah menangis karena rindu pada ayah ibunya seperti yang dilakukan kebanyakan kawan-kawannya saat itu. Bagaimana ia bisa kangen pada ayahnya yang setiap pagi menyambanginya di kantor guru tempat ia belajar?

Banyak prestasi yang diraih Ubay ketika masa SMP. Ia berulang kali menjadi juara kelas. Tak sedikit lomba-lomba yang mengamanahkannya untuk mewakili sekolahnya. Ubay juga aktif di organisasi IPMA (Ikatan Pelajar Madrasah Al-Muayyad). Raihan itu sangat membanggakan untuk orang tuanya ketika itu. Akan tetapi, kestabilan Ubay saat itu membuatnya sedikit bosan dalam menjalaninya. 

 Sebelum lulus SMP, Ubay banyak berubah. Ia mulai jarang shalat berjamaah di masjid seperti rutinitas yang ia lakukan sebelumnya. Ia juga mengabaikan banyak peraturan pondok. Bahkan, sekali ia pernah menjadi pemberitaan di salah satu surat kabar daerah karena ulahnya yang nekat membohongi polisi (lihat: SALA). Ayahnya begitu murka ketika pertama kali tahu jika Ubay sudah mulai berani merokok. 

Langkah baru untuk menuju hidup baru. Mungkin banyak orang yang sepakat dengan ungkapan tersebut, tetapi tidak dengan Ubay. Saat ia mulai duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, ia tetap belum berubah dari saat ia SMP. Ia tetap memanjat pintu gerbang untuk alasan yang tak penting. Hari-harinya, tak ia gunakan untuk untuk masuk kelas dan muthalaah, tetapi ia sering keluar untuk main Play Station atau sekedar nongkrong di taman kota saat malam. Ia tak banyak melakukan hal berguna saat SMA sampai saat ia terkejut saat nilai Ujian Akhir Matematikanya menjadi yang tertinggi di sekolah. Ubay lulus bukan dengan kesungguhannya, namun dengan barokah guru-guru yang mengajarnya.

Setelah lulus SMA, Ubay tak ingin melanjutkan pendidikannya ke bangku kuliah seperti kawan-kawannya ketika itu. Ia ingin meneruskan mondok atau bekerja, apapun itu. Ia masih punya lima adik kandung yang harus sekolah, dan ia anak pertama. Itu satu alasan banyak orang. Sampai akhirnya, Ubay nyasar di Jakarta. Ia mendapat beasiswa di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Di Jakarta, satu-satunya keluarga yang ia miliki adalah Alumni Al-Muayyad. Pertama kali ia sampai di Jakarta, ia langsung menuju ke sekretariat KAMAL Jabodetabek (Keluarga Alumni Ma’had Al-Muayyad Jabodetabek). Ia mulai dikenalkan dengan Alaskanan (kumpul rutin bulanan Kamal Jabodetabek), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (kebetulan teman satu kosnya adalah mabinkom komisariat), juga banyak hal. Ia mulai asik dengan dunia gerakan sosial.

Beberapa kali Ubay ikut agenda alaskanan, ia masih sangat lugu. Tak banyak yang ia kenal, dan tak banyak pula orang mengenalnya. Sampai saat bulan ke-6 ia ikut alaskanan, ia terpilih secara tidak sengaja menjadi ketua Kamal Jabodetabek. Ketua sebelumnya telah menikah. Menurut Anggaran Dasar Kamal, jabatan ketua adalah saat ia terpilih sampai saat ia menikah. Ubay sempat bertanya: Anggaran Dasar macam apa itu? 

Terpilihnya ia menjadi ketua, membuat ia terpanggil untuk menebus dosa yang telah ia lakukan saat ia masih di pondok dulu. Dibantu oleh kawan-kawannya, ia mulai dengan merencanakan berbagai program jangka pendek dan jangka panjang untuk keberlangsungan alumni dan pesantren.

Cita-cita Ubay, ia ingin memperbaiki pintu gerbang Al-Muayyad yang ia rusak saat ia memanjatnya ketika ingin membeli rokok saat tengah malam, ia ingin mengganti buku dari perpustakaan pondok yang ia gunakan sebagai bantal lalu hilang entah kemana, ia ingin mengembalikan gitik milik pengurus pondok yang ia ambil saat tengah malam supaya tak membangunkannya saat subuh, ia juga ingin meminta maaf pada seluruh guru-gurunya yang dulu kebingungan mencari keberadaannya. Ubay ingin membesarkan almamater yang telah membesarkannya.

*Gambar diambil dari salah satu foto di grup Facebook Al-Muayyad

Kamis, 23 Mei 2013

Kidung Rumekso Ing Wengi karya Kanjeng Sunan Kalijaga

Standard
Kanjeng Sunan Kalijaga
Kanjeng Sunan Kalijaga

Kidung karya Sunan Kalijaga ini sudah terkenal sampai pelosok Nusantara. Di desa, kidung ini sering dinyanyikan saat pertunjukan ketoprak, wayang kulit, dan lain lain.
Inti laku pembacaan Kidung Rumekso Ing Wengi adalah agar kita senantiasa terhindar dari malapetaka. Dengan demikian kita dituntut untuk senantiasa berbakti, beriman dan taqwa kepada Allah SWT.
Adapun fungsi secara eksplisit tersuratnya antara lain:
1. Penyembuh segala macam penyakit.
2. Pembebas pageblug
3. Mempercepat jodoh bagi perawan tua.
4. Penolak bala yang datang di malam hari.
5. Menang dalam perang
6. Memperlancar cita-cita luhur.

Kidung Rumekso Ing Wengi

Ana kidung rumeksa ing wengi
Teguh hayu luputa ing Lara
Luputa bilahi kabeh
Jim setan datan purun
Paneluhan tan ana wani
Miwah panggawe ala
Gunaning wong luput
Geni atemahan tirta
Maling adoh tan ana ngarah ing mami
Guna duduk pan sirna
Sakehing lara pan samya bali
Sakeh ngama pan sami miruda
Welas asih pandulune
Sakehing braja luput
Kadi kapuk tibaning wesi
Sakehing wisa tawa
Sato galak tutut
Kayu aeng lemah sangar
Songing landhak guwaning wong lemah miring
Myang pakiponing merak
Pagupakaning warak sakalir
Nadyan arca myang segara asat
Temahan rahayu kabeh
Apan sarira ayu
Ingideran kang widadari
Rineksa malaekat
Sakathahing Rasul
Pan dadi sarira Tunggal
Ati Adam Utekku Baginda Esis
Pangucapku ya Musa
Napasku Nabi Ngisa linuwih
Nabi Yakup Pamiyarsaningwang
Yusup ing rupaku mangke
Nabi Dawud Suwaraku
Jeng Suleman kasekten mami
Nabi Ibrahim nyawaku
Edris ing Rambutku
Baginda Ngali kulitingwang
Getih daging Abubakar singgih
Balung Baginda Ngusman
Sungsumingsun Patimah linuwih
Siti Aminah Bayuning Angga
Ayup ing Ususku mangke
Nabi Nuh ing Jejantung
Nabi Yunus ing Otot mami
Netraku ya Muhammad
Pamuluku Rasul
Pinayungan Adam sarak
Sammpun pepak sakatahe para
Nabi dadya sarira Tunggal.
Wiji sawiji mulane dadi
Apan apencar dadiya sining jagad
Kasamadan dening Dzate
Kang maca kang angrungu
Kang anurat kang anyimpeni
Dadi ayuning badan
Kinarya sesembur
Yen winacakna toya
Kinarya dus rara gelis laki
Wong edan dadi waras
Lamun ana wong kadhendha kaki
Wong kabanda wong kabotan utang
Yogya wacanen den age
Nalika tengah dalu
Ping sawelas macanen singgih
Luwar saking kabanda
Kang kadhendha wurung
Aglis nuli sinauran mring hyang
Suksma kang utang puniku singgih
Kang agring nuli waras
Lamun arsa tulus nandur pari puwasaa sawengi sadina,
Iderana gelengane
Wacanen kidung iku
Sakeh ngama sami abali
Yen sira lunga perang
Wateken ing sekul
Antuka tigang pulukan
Musuhira rep sirep tan ana wani
Rahayu ing payudan
Sing sapa reke bisa nglakoni
Amutiya lawan anawaa
Patang puluh dina wae
Lan tangi wektu subuh
Lan den sabar sukuring ati
Insya Allah tinekan
Sakarsanireku
Tumrap sanak rakyatira
Saking sawabing ngelmu pangiket mami
Duk aneng Kalijaga.
(Serat Kidungn Warna-warni, Surakarta, Boedi Oetomo, 1919)

Terjemahannya:

Ada nyanyian yang menjaga di malam hari
Kukuh selamat terbebas dari penyakit
Terbebas dari semua malapetaka
Jin setan jahat pun tidak berkenan
Guna-guna pun tidak ada yang berani
Juga perbuatan jahat
Ilmu orang yang bersalah
Api dan juga air
Pencuri pun jauh tak ada yang menuju padaku
Guna-guna sakti pun lenyap
Semua penyakit pun bersama-sama kembali
Berbagai hama sama-sama habis
Dipandang dengan kasih sayang
Semua senjata lenyap
Seperti kapuk jatuhnya besi
Semua racun menjadi hambar
Binatang buas jinak
Kayu ajaib dan tanah angker
Lubang landak rumah manusia tanah miring
Dan tempat merak berkipu
Tempat tinggal semua badak
Walaupun arca dan lautan kering
Pada akhirnya, semua selamat
Semuanya sejahteqga
Dikelilingi bidadari
Dijaga oleh malaikat
Semua rasul
Menyatu menjadi berbadan tunggal
Hati Adam, otakku Baginda Sis
Bibirku Musa.
Napasku Nabi Isa As
Nabi Yakub mataku
Yusuf wajahku
Nabi Dawud suaraku
Nabi Sulaiman kesaktianku
Nabi Ibrahim nyawaku
Idris di rambutku
Baginda Ali kulitku
Darah daging Abu Bakar Umar
Tulang Baginda Utsman
Sumsumku Fatimah yang mulia
Siti Aminah kekuatan badanku
Ayub kin dalam ususku
Nabi Nuh di jantung
Nabi Yunus di ototku
Mataku Nabi Muhammad
Wajahku rasul
Dipayungi oleh syariat Adam
Sudah meliputi seluruh para nabi
Menjadi satu dalam tubuhku
Kejadian berasal dari biji yang satu
Kemudian berpencar ke seluruh dunia
Terimbas oleh zat-Nya
Yang membaca dan mendengarkan
Yang menyalin dan menyimpannya
Menjadi keselamatan badan
Sebagai sarana pengusir
Jika dibacakan alam air
Dipakai mandi perawan tua cepat bersuami
Orang gila cepat sembuh
Jika ada orang didenda cucuku
Atau orang yang terbelenggu keberatan hutang
Maka bacalah dengan segera
Di malam hari
Bacalah dengan sungguh-sungguh sebelas kali
Maka tidak akan jadi didenda
Segera terbayarkan oleh Tuhan
Karena Tuhanlah yang menjadikannya berhutang
Yang sakit segera sembuh
Jika ingin bagus menanam padi
Berpuasalah sehari semalam
Kelilingilah pematangnya
Bacalah nyanyian itu
Semua hama kembali
Jika engkau pergi berperang
Bacakan ke dalam nasi
Makanlah tiga suapan
Musuhmu tersihir tidak ada yang berani
Selamat di medan perang
Siapa saja yang dapat melaksanakan
Puasa mutih dan minum air putih
Selama empat puluh hari
Dan bangun waktu subuh
Bersabar dan bersyukur di hati
Insya Allah tercapai
Semua cita-citamu
Dan semua sanak keluargamu
Dari daya kekuatan seperti yang mengikatku
Ketika di Kalijaga.

*Dipetik dari buku Islam Kejawen karya Budiono Hadisutrisno terbitan Eula Book tahun 2009
Wallahu A'lam